Selasa, 18 September 2012

Pembuatan Patung Upacara Adat Tiwah

Rumah Betang a “Dayak Borneo Traditional Long House”

Rumah Betang “Betang House” Kalimantan is the typical traditional house found in various parts of Kalimantan, especially in upstream areas which usually becomes the center of the Dayak tribe settlements, where the river is the main transport pathway for the Dayak to perform a variety of mobility of everyday life like going to work to the fields where Dayak tribe fields are usually far from residential areas, or perform trade activities (the ancient Dayak tribes usually trade using the barter system with the mutual exchange of fields, orchards and livestock).
Rumah Betang “Betang House” forms and large houses will vary in different places.There are houses that reach lengths of Rumah Betang “Betang House” 150 meters wide and up to 30 meters.Rumah Betang “Betang House” Generally houses built in the form of a stage with a height of three to five feet off the ground.
Rumah Betang “Betang House” tall building, I expect to avoid flooding during the rainy season that threatened areas upriver in Borneo.Some residential units can have more than one Rumah Betang “Betang House” houses hanging fruit the size of the household members of the residential community.Each household (family) occupies the chamber (room) that the barriers of a large house the Rumah Betang “Betang House”, in addition to the general Dayak tribes also have single houses built temporarily to perform agricultural activities, it is because away distances between fields with the settlement.
More than a building for residential Dayak tribe, Rumah Betang “Betang House” actual house is the heart of the social structure of the life of the Dayak people.Rumah Betang “Betang House” culture is a reflection of the togetherness in the daily life of the Dayak people.Rumah Betang “Betang House” in the house is every individual’s life in households and communities are systematically arranged by mutual agreement set forth in the customary law.Common security, both from criminal interference or sharing food, the joys and sorrows as well as mobilization of manpower to work the fields.
The main value that stands out in his home life is the value of togetherness Rumah Betang “Betang House” (communalism) among the citizens who inhabit it, regardless of the differences they have.From here we learn that the Dayak tribe is a tribe that respects difference.Appreciate the differences in ethnic Dayak tribe, religion or social background. (maritimeborneo.com)

Senin, 03 September 2012

Beberapa Kebiasaan Suku Dayak Ngaju

Ungkapan Rasa Terima Kasih

Bahasa Dayak tidak mengenal  kosa kata  ungkapan rasa Terima Kasih. Ungkapan rasa terima kasih diungkapkan dalam sikap dan perbuatan, serta rasa hormat yang mendalam.
Seorang yang telah menerima kebaikan dari sesamanya, tidak begitu saja melupakannya. Semua kebaikan yang telah mereka terima, mereka simpan dalam lubuk hati yang terdalam, bahkan dalam setiap kesempatan, mereka selalu  menceritakan kepada anak turunannya  semua kebaikan-kebaikan yang pernah mereka terima, serta menyebutkan dengan lengkap nama dan identitas rekan baiknya itu.
Dengan demikian secara tidak sadar, anak turunannya juga turut serta mensyukuri, mengenang dan menghormati orang yang telah berbuat baik bagi keluarga itu. Demikian pula seluruh keluarga, satu sama lain selalu menceritakan kebaikan yang pernah mereka peroleh dari sesamanya, dan rasa syukur dan hormat semakin berkembang dan menguasai kehidupan mereka.
Biasanya orang Dayak selalu ingin membalas kebaikan dengan kebaikan. Dalam setiap kesempatan, orang yang pernah menerima kebaikan dari seseorang akan selalu berusaha membalas kebaikan yang pernah mereka peroleh, sekalipun tidak langsung kepada yang bersangkutan. Terkadang kebaikan  seseorang tidak langsung diterima kembali olehnya, namun kelak anak cucu mereka yang tergerak  mengupayakan membalas kebaikan. Naluri membalas kebaikan yang pernah diterima, bukan menjadikan beban bagi mereka, namun memiliki nilai kebahagiaan sendiri, bahkan tradisi demikian menjadikan orang Dayak memiliki ikatan batin yang kuat kepada sesamanya .

Pahuni

Pahuni ialah suatu tradisi dalam suku Dayak bahwa apabila menolak makanan yang telah dengan tulus ditawarkan untuk disantap, khususnya nasi goreng dan makanan yang terbuat dari ketan, maka akan ada resikonya.  Resiko berupa  malapetaka, baik ringan maupun berat, bahkan bisa membawa kematian.  Apabila terpaksa harus menolak, demi menetralisir situasi, mereka akan menyentuh  tempat atau piring di mana makanan diletakan sambil berguman mengucapkan kata singkat “sapulun”. Dengan demikian penolakan tersebut telah dianggap sah dan terbebas dari resiko kepuhunan. Selain dengan cara itu, untuk menetralisir dapat pula dengan cara menjumput sedikit makanan yang ditawarkan tersebut sedikit, sambil berguman “puse-puse”.

Pahingen

Pahingen ialah suatu tradisi dalam masyarakat Dayak bahwa  seorang suami yang isterinya sedang mengandung bayi mereka, harus mampu kontrol diri dalam setiap kata, sikap dan perbuatannya. Karena apabila lepas kontrol, misalnya saja memotong tangan kelawet yaitu sejenis orang hutan, maka anak yang akan lahir, dikhawatirkan mengalami cacat pada tangannya.

Lapak Laminak

Lapak Laminak atau cacak burung adalah tanda silang yang diyakini sebagai penolak bala. Tanda tersebut pada umumnya digambarkan pada sebilah bambu atau pada daun sawang yang digantung di depan rumah.

Salasa

Salasa berarti Selasa. Apabila bepergian, orang Dayak selalu berusaha menghindari hari Selasa, karena bagi mereka  hari Selasa – sala – yang berarti salah. Akan banyak kesalahan dan kesialan yang dialami  bila nekad bepergian pada hari Selasa. Terutama apabila bepergian dengan arah yang bertolak belakang. Misalnya dalam suatu keluarga,  dua  kakak beradik akan bepergian ke tempat yang berbeda pada hari Selasa, kakak pergi ke arah timur dan adik ke arah barat. Apabila keberangkatan tersebut memang tidak mungkin lagi ditunda, terpaksa salah satu ngalah, harus berangkat sebelum atau sesudah Selasa, demi menghindari terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Warna Lime Ba

Lime Ba berarti lima ba maksudnya lima warna yang dimiliki oleh orang Dayak yaitu
1.    Baputi – putih
2.    Bahandang – merah
3.    Bahenda – kuning.
4.    Bahijau – hijau
5.    Babilem – hitam.


(http://maneser.kalteng.net)

Senin, 25 Juni 2012

PT. KBK Berbagi untuk Masyarakat


Gelar Bhakti Sosial Pemeriksaan Mata dan Pembagian Kacamata Gratis

PALANGKA RAYA – Kepedulian PT. KBK terhadap masyarakat sudah tidak diragukan lagi. Untuk kesekian kalinya, perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan, yang berlokasi di Desa Mirah Kalanaman Kecamatan Katingan Tengah, Kabupaten Katingan, berbagi untuk masyarakat dengan menggelar kegiatan bhakti sosial berupa pemerikasaan mata dan pembagian kacamata gratis, yang dilaksanakan di Balai Desa Mirah Kalanaman, Kamis (21/6) mulai pukul 09.00-16.30 WIB.

Kegiatan yang digagas PT. KBK bersama dengan Kecamatan Katingan Tengah dan Polda Kalteng dalam rangkaian memperingati HUT Bhayangkara, diikuti sebanyak 220 warga. Saat mengikuti kegiatan pemeriksaan dan pembagian kacamata gratis, masyarakat Desa Mirah Kalanaman dengan sabar dan bergantian meng-antre. Guratan senyum dan kebahagiaan terpancar dari wajah mayarakat saat meninggalkan Balai Desa Mirah Kalanaman.

Kegiatan pemeriksaan mata dan pembagian kacamata gratis tersebut, mendapat sambutan luar biasa dari seluruh masyarakat. Kepala Desa Mirah kalanaman, Arnised T. Nganen, menyambut baik dan mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya kegiatan itu. Dia berharap, kegiatan yang digagas PT. KBK, bisa menjadi contoh bagi beberapa Perusahaan Besar Swasta (PBS) lainnya, yang berada di sekitar Desa Mirah Kalanaman. “Masyarakat Desa Mirah Kalanaman mendukung sepenuhnya Operasional PT. KBK, Untuk segera berproduksi, sehingga akan semakin dirasakan manfaatnya bagi masyarakat,” harapnya.

Arnised T. Nganen mengatakan, kondisi Desa Mirah Kalanaman sangat terpencil dan jauh dari Ibukota Kecamatan, serta tingkat kriminal yang sangat tinggi. Karena itu, pihak Kecamatan memohon kepada Polda Kalteng, melalui Polres Katingan agar dibangun Pos Polisi untuk kenyamanan masyarakat dari gangguan kamtibmas. “Rencananya bangunan fisik untuk Pos Polisi di Desa Mirah Kalanaman. Kami akan minta bantuan keseluruh perusahaan yang rencananya akan difasilitasi oleh Pemda Katingan atau Kecamatan Katingan Tengah,” ujarnya.

Hal senada juga dikatakan Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Katingan, Mantir L. Nusa. Beliau mengatakan, apa yang telah dilakukan PT. KBK hendaknya juga dapat dilakukan oleh perusahaan yang ada di sekitar desa maupun Kecamatan Katingan Tengah, sehingga keberadaan dari perusahaan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar,” imbuhnya.

Kabag. Ops.. Polres katingan Tengah, Kompol Putu Yudha P., mengatakan bahwa pihaknya akan secara rutin berkoordinasi dengan PT. KBK dan perusahaan lainnya, untuk masalah kamtibmas. “Pihak Polda dan Polres Katingan memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada PT. KBK, yang telah rutin peduli terhadap masyarakat Desa Mirah Kalanaman khususnya. Walaupun dalam kondisi perusahaan yang belum menghasilkan, dan ini akan dapat menjalin hubungan yang sangat harmonis dengan masyarakat sekitar,” ujarnya.

Kabag. Ops. Mengatakan, pihak Polres akan segera menindaklanjuti ke Polda Kalteng tentang keinginan masyarakat Desa Mirah Kalanaman untuk didirikannya Pos Polisi, demi menjaga keamanan dan ketertiban yang jaraknya cukup jauh dari Ibukota Kecamatan. “Disarankan untuk segera mengajukan permohonan Pos Polisi di Desa Mirah Kalanaman; dan untuk percepatan pembangunan Pos Polisi tersebut, maka Polres sangat setuju jika seluruh perusahaan dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan Pos Polisi tersebut,” ujarnya.

Direktur PT. KBK, Andi Kuswara melalui penanggung jawab Comdev PT. KBK, Cakrawan menyebutkan bahwa apa yang dilakukan oleh PT. KBK adalah bentuk kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat sekitar. “Walaupun dalam kondisi perusahaan belum berproduksi, bukan menjadi alasan perusahaan tidak berbuat sesuatu bagi masyarakat sekitarnya, kata Cakrawan.

Kegiatan pemeriksaan mata dan pembagian kacamata gratis tersebut kata Cakrawan, adalah salah satu bentuk kepedulian buat masyarakat Desa Mirah Kalanaman. “Dan dalam waktu dekat, PT. KBK bekerjasama dengan Puskesmas Tumbang Samba, akan mengaktifkan kembali Puskesmas Pembantu (Pustu) di Desa Mirah Kalanaman sehingga dapat melayani masuarakat dalam hal keperluan medis dan pelayanan kesehatan, ibu hamil dan menyusui serta imunisasi,” tambahnya. “Mengenai rencana dan harapan masyarakat Desa Mirah Kalanaman untuk didirikannya Pos Polisi, maka PT. KBK siap mendukung penuh apa yang diharapkan oleh masyarakat, tandasnya.

Hadir dalam kegiatan itu pula, Kabag. Ops. Polres katingan, Kompol Putu Yudha P.; Kasat. Binmas. Polres Katingan, AKP Syafrudin; Kasie. Propam. Polres Katingan, Iptu Gusnawardi; Kaur. Bin. Ops. Serse. Katingan, Ipda Bima; Kapolsek Katingan Tengah, AKP Amri; Kanit. Binmas., Bripka Rahmadi; Dokter, Bidan, dan Perawat; serta Ketua Dewan adat Dayak katingan Tengah, Mantir L. Nusa dan masyarakat. (Kalteng Pos).

Selasa, 07 Februari 2012

Wow, Warga Kendari Temukan Tambang Emas

Warga Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), menemukan tambang emas yang berlokasi di Kelurahan Alolama, Kecamatan Mandonga. Penemuan tambang emas itu menghebohkan warga sekitar lokasi. Dinas Energi Sumber Daya Manusia (ESDM) langsung menurunkan tim untuk mengambil sampel yang selanjutnya diperiksa di laboratorium.

"Begitu kami mendengar penemuan tambang emas tersebut, hari ini kami langsung turunkan staf untuk mengambil sampel. Secara kasat mata memang benar (ada tambang emas). Dari hasil dulangan warga terdapat butiran emas yang bercampur dengan pasir," kata Hakku Wahab, Kepala Dinas ESDM di Kendari, Selasa (7/2). Wahab didampingi Kabid Geologi ESDM Sultra Abdulatif Saleh.

Menurut Wahab, berdasarkan laporan yang ia terima dari warga yang pertama menemukan tambang emas tersebut, butiran emas tersebut muncul dari hasil galian sumur bor pada kedalaman 25 meter.

"Warga mencoba mendulang pasir hasil galian sumur bor tersebut dan ternyata diperoleh butiran emas. Kemudian butiran emas tersebut diantar ke penjual emas, oleh penjual emas (dinyatakan) bahwa itu emas asli," katanya.

Ia mengatakan, meskipun belum ada hasil uji laboratorium atas sampel bahan tambang emas tersebut, pihaknya yakin galian itu mengandung emas. Sebab, berdasarkan struktur formasi batuan yang tersusun di lokasi penemuan tambang tersebut memungkinkan di lokasi itu ada emas.

"Di lokasi penemuan tambang emas di Kelurahan Alolama merupakan formasi Meluhu yang terdiri dari berbagai jenis batuan dan mineral lainnya, termasuk emas yang bercampur dengan pasir," katanya. (metrotvnews.com)

Rabu, 04 Januari 2012

Suku Dayak Gelar Ritual Sambut Tahun Baru

Menyambut Tahun Baru 2012 suku Dayak yang beragama Hindu Kaharingan di Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah menggelar ritual tolak bala. "Ritual ini untuk menolak atau memberi batas antara kehidupan manusia dengan roh jahat (roh penunggu alam lingkungan) agar mereka tidak mengganggu aktivitas kehidupan manusia," kata Sekretaris Majelis Daerah Agama Kaharingan (MDAK) Barito Utara, Mansaji di Muara Teweh, Selasa. Menurut Mansaji, ritual yang digelar di rumah ibadah balai ’Basarah’ ini dihadiri sejumlah pejabat dan warga masyarakat setempat. Ritual tolak bala suku Dayak itu, kata dia, dilakukan dengan membakar kemenyan dan bebatuan yang merupakan tradisi umat Kaharingan untuk menyambut pergantian tahun baru.

"Kegiatan ini merupakan ungkapan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang lahir dari lubuk hati umat Hindu Kaharingan untuk mendekatkan diri kepada Ranying Hatala Langit," katanya.Menurut dia, sebagai hamba dan mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dengan apa yang telah dilakukan dan telah dikerjakan masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Selain itu juga dibacakan ikrar bersama yang berisi beberapa poin diantaranya meminta Gunung Peyuyan, Gunung Peyenteau dan Gunung Lumut di wilayah Kecamatan Gunung Purei perlu dilindungi dan dipelihara dari perbuatan orang yang tidak bertanggung jawab.

Hutan disekitar kawasan tiga gunung yang disakralkan suku Dayak umat Kaharingan itu merupakan tempat mengantar Liau (arwah) orang yang meninggal dunia menuju ke Lewu Tatau atau sorga melalui ritual adat Wara. "Kami minta hutan di kawasan gunung yang menjadi tempat sakral itu dijaga dari perbuatan pihak yang tidak bertanggungjawab," katanya.
(kompas.com)

Selasa, 30 Agustus 2011

Kebakaran Lahan, Perkebunan Kelapa Sawit Membiarkan

Katingan - Kebakaran lahan sudah sering terjadi di perkebunan kelapa
sawit. Hal tersebut biasa terjadi pada areal landclearing yang tengah
bersiap untuk ditanami. Demikian pantauan kotagambut dotcom di lokasi
perkebunan kelapa sawit PT. Bangkitgiat Usaha Mandiri pada Minggu
(28/08/2011).
Siled LB, warga Desa Mirah Kalanaman, Katingan Tengah yang turut serta
dalam pemantauan menuturkan bahwa kebakaran sudah terjadi lebih dari
empat hari lamanya. Sayangnya, tidak ada upaya dari pihak perkebunan
untuk mengatasi api yang menjalar beberapa hektar ini. Akibatnya asap
tebal masih membumbung. Sementara di sana sini masih tampak api
berkobar.
Siled mengeluhkan dampak yang diterima masyarakat. Asap tebal akan
mengganggu kesehatan warga. Di samping itu, ia juga mengkhawatirkan
adanya tuduhan dari masyarakat kota bahwa asap yang timbul disebabkan
ulah masyarakat yang membakar ladang.
"Padahal perkebunan membakar lebih banyak," sungutnya.
Harian Tabengan pada Jumat (26/08/2011) juga menuliskan buruknya
kualitas udara di kota Palangka Raya. Bahwa memasuki pekan terakhir
Agustus 2011, kualitas udara Kota Palangka Raya menunjukkan kondisi
yang tidak sehat. Artinya, efek terhadap kesehatan secara umum sudah
dapat merugikan, baik terhadap manusia maupun hewan.
Kabut asap dari lahan yang terbakar bercampur debu mulai menghiasi
udara kota, terutama pada sore hingga malam hari, setelah hampir
setengah bulan tidak turun hujan. Sedangkan kebakaran terus meningkat
setiap harinya. 
(kotagambut.com, 30/08/12)